Nyantri pondok pesantren: Sekelumit Jejak-jejak Nyariku di Pondok Pesantren

nyantri pondok pesantren: Sekelumit Jejak-jejak Nyariku di Pondok Pesantren, Pada kesempatan kali ini aku  akan membagikan pengalaman pribadiku. aku berasal dari keluarga sederhana yang memiliki banyak  motivasi pembelajaran yang luar biasa.  Aku salah satu  motivasi besar aku  ingat kata ayahku bahwa salah satu kehormatan keluarga kami adalah memiliki kakek buyut KH Bisri dan kakek  suwanyik yang memiliki jiwa untuk pemberikan pengajaran tentang agama tinggi.

Kakek buyut saya KH Bisri  seorang santri berhasil  mendirikan masjid pertama di Ngeluk, Penawangan, Grobogan. Sementara Kakek suwanyik dimanapun beliau berada beliau selalu mengajar  ilmu agama dan ngajar ngaji. Beliau merasa terpanggil dilingkungan sekitar kerana background beliau adalah santri.  inspirasi inilah bahan cambukan aku,  aku selalu bermimpi untuk belajar ilmu agama dipesantren.

 

Saya awalnya tidak ada terbenak  dalam fikiranku untuk mondok, ketika saya kecil saya selalu melihat santri yang menurut saya keren dan memberikan semangat untuk menuntut ilmu agama. sampai pada saat itu di pesantren PP Al-Maymun klambu terdapat acara khitan massal. saya berusia sangat beliau di usia kelas 2 SD. kakakku pada saat itu mengikuti acara tersebut untuk dikitan secara massal.

 

Mendengar kabar itu saya menyusul kakakku dan ikut-ikutan untuk dikitan secara masal. awalnya ibu bapakku tidak mensetujui akan hal tersebut karena masalah usia yang sangat beliau. namun aku penasaran apalagi diadakan dipesantren, tempat dimana aku sukai , impikan dan idamkan. hingga  akhirnya saya mengikuti khitan massal di pesantren tersebut. ketika khitan banyak kesunatan yang para santri berikan untuk peserta khitan dan doa yang diberikan oleh para Kyai supaya acara lancar.  hal ini menjadi pengalaman sangat berharga antara aku dan pesantren.

Akhirnya sejak itu saya bermimpi untuk selalu belajar dipesantren. ketika saya menginjak usia SMP keluargaku memutuskan untuk hijrah dari kerawang ke Demak. sebuah kota wali dan memiliki banyak cerita histori islam peradaban islam di Indonesia. saya sangat bersyukur atas hal tersbut karena saya diijinkan untuk  menginjakkan kaki ditanah wali.  di kabupaten ini juga memiliki banyak pesantren. apalagi didekat rumahku terdapat pesantren Darul fikri (mutiara) Botosengon dempet.

Saya diijinkan orang tua untuk ikut mengaji dan menjadi santri kalong di pesantren Darul fikri (mutiara) Botosengon dempet. inisiatif ini terbangun dengan  maraknya seusiaku memiliki pergaulan yang tidak bagus seperti mabuk dan lain sebagainya.  akhirnya saya memutuskan untuk mondok disana meskipun ditengah sibuknya pelajaran SMP.

 bermimpi nyantri di pondok pesantren
bermimpi nyantri di pondok pesantren sumber : dokumentasi pribadi

saya sangat bersyukur mengaji kitab di pesantren ini dilakukan setelah isya sampai jam 12 malam. meski setiap malam saya selalu mengganggu ibu untuk membukakan pintu rumah, saya selalu istiqomah untuk belajar agama. sehingga tidak menganggu sekolah formal yang aku ambil.  disaat bersamaan saya menmpuh pendidikan sekolah menengah di sekolah SMP 2 Dempet .

Ditengah kesibukan saya diberikan amanah untuk menjadi ketua OSIS, namun aku yakin di dunia pesantren justru memberikan pembelajaran dan charging iman dan ilmu yang sangat ideal. bahkan dapat mendapatkan ide” dari  yang menarik dan inovatif.  dipesantren ini aku  berfikir bagaimana pesantren dapat menfasilitasi siswa kelas formal, hingga kedua nya balance ilmu dunia maupun ilmu akhirat. hingga keberkahan hidup bersama dengan para santri dan kyai dan guru menjadi semangatku untuk belajar di SMA di kota. dan atas berkahnya doa para kyai saya diterima di SMAN 1 Demak.

Menginjak usia SMA, saya tidak tahu lagi bagaimana melanjutkan mengaji saya dikelas satu saya memutuskan untuk pulang pergi  dengan nglaju. kebetulan jarak antara SMA dan rumah saya sekitar 15 KM,  namuan saya merasa ada yang rugi dengan keputusanku ini. hingga akirnya saya disarankan oleh teman saya slamet untuk nyantri di pesantren Attaslim Demak. hari pertama hingga ketujuh saya hampir putus asa ingin pulang. karna culture shock yang berbeda ketika mondok dan dirumah. disini pertama kalinya aku menjadi santri mukim, awalnya saya kesusahan membagi waktu antara mengaji dan belajar di SMA. hingga  nilai sekolahku naik turun. kemunkinan untuk ketrima jalur undangan sangat kecil.

Sesekali sangat iri kepada teman pesantrenku dimana diusia masih SD, SMP mereka sudah dapat mandiri. bahkan tak jarang mereka nangis bersama karna rindu akan hangatnya keluarga. disini saya belajar bagaimana santri itu prihatin pada semua kondisi. kondisi kiriman belum datang. dan prihatin dengan hidup bersosial dengan baik dipesantren. hingga bagaimana  berhadapan dengan santri senior dan santri pinter.

disinilah mimpi saya terbentuk. saya terispirasi dengan kyai Nurul huda(pesangsuh pesantren Attaslim). Meskipun beliau berada  dilingkungan pesantren namun beliau mampu menempuh kuliah hingga keluar negri. hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil keputusan yang sangat beresiko. pada jalur SNMPTN saya memberanikan diri untuk mengambil Universitas Indonesia……insyallah akan bersambung ya …….

Baca Juga : https://asyafina.com/mengapa-kita-harus-berhati-hati-belajar-agama-di-youtube/

 

 

 

 

 

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Click here to login or register