Ngaji Online: Sebuah Penetrasi IT dalam Pendidikan Pesantren
Ngaji Online: Sebuah Penetrasi IT dalam Pendidikan Pesantren. Tulisan ini Diterbitkan di Majalah Madrasatul Qur an Times edisi 10 . Tim Asyafina hanya membagikan tulisan dari Dr. Febri Taufiqurrahman. Beliau adalah salah satu dosen Universitas negri Malang. beliau memiliki kepakaran dibidang Etnolinguistik, Dialektologi, Kewirausahaan. untuk menghubungi beliau dapat dilakukan di email : febri.taufiqurrahman.fs@um.ac.id.
Ngaji Online: Sebuah Penetrasi IT dalam Pendidikan Pesantren
Febri Taufiqurrahman
“Yang ingin saya tanyakan kepada Gus Baha, Saya itu sering ngaji lewat youtube panjenengan, Gus. Nopo ilmu kulo niki barokah? Karena saya ngaji lewat youtube panjenengan, saya tidak izin. Untuk itu hari ini, saya izin panjenengan. Mudah-mudahan ilmu ingkang saya dapat saged barokah.”,
salah satu pertanyaan dari jamaah kepada Gus Baha pada saat acara Ngaji Mahasantri Milenial di PWNU Jatim pada tanggal 12 Oktober 2021. Kemudian Gus Baha menjawab, “Itu tetap barokah dan kebaikan itu tidak perlu minta izin. Kalau kebaikan minta izin jadi repot nanti. Jadi kalau dalam kitab fiqih disebutkan i’tifaan bi idznil syar’i (karena syara’ akan selalu memberikan izin kepada kebaikan).”
Dari percakapan antara Gus Baha dan jamaah tersebut, dapat terlihat jelas sebuah fenomena “Ngaji Online” yang terjadi di era digital dan pandemi Covid-19 saat ini. Setiap orang dipaksa untuk dekat dengan teknologi. Begitu pula dalam dunia pendidikan, yang awalnya dilaksanakan dengan tatap muka langsung di kelas dapat digantikan dengan tatap muka secara virtual atau lebih dikenal dengan kelas dalam jaringan (daring/online).
Sebelum pandemi melanda dunia, kita sering mendengar istilah revolusi industri, bahkan banyak perguruan tinggi yang berlomba-lomba mengadakan seminar tentang revolusi industri. Apa itu revolusi industri? Revolusi Industri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis Auguste Blanqui, seorang pemimpin pabrik tekstil. Revolusi industri dimulai dari Britania Raya yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, sampai ke seluruh dunia. Istilah “Revolusi Industri” ditemukan dalam surat oleh seorang utusan dari Paris bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal 6 Juli 1799 yang isinya menuliskan bahwa Prancis telah memasuki era industrialise (Crouze, 1996).
Dalam buku Keywords: A Vocabulary of Culture and Society karya Raymond Williams (1976) menyatakan bahwa kata tersebut sebagai sebutan untuk istilah “industri”. Pada intinya, revolusi industri adalah perubahan besar, secara cepat, dan juga radikal yang memengaruhi kehidupan manusia. “Revolusi Industri” mengubah cara produksi yang semula dikerjakan dengan tenaga manusia digantikan dengan tenaga mesin di beberapa sektor industri. Produksi barang-barang dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat dan pemasaran yang sangat cepat.
Pada tahun 2019, pandemi covid-19 melanda dunia. Seluruh manusia dipaksa untuk menjaga jarak. Perubahan kehidupan sosial masyarakat yang biasanya berkumpul, harus beradaptasi dengan kebiasaan baru yang berjarak. Segala sesuatu dikerjakan secara online. Orang tidak harus bekerja di kantor, siswa tidak harus belajar di sekolah, mahasiswa tidak harus kuliah di kampus, tetapi bisa dari rumah atau lebih dikenal dengan istilah WFH (Work From Home). Lalu, bagaimana dengan santri? Apakah santri juga tidak harus ke pesantren dan bisa digantikan dengan “Ngaji Online”?
Menurut Undang-undang No. 08 Tahun 2019 tentang Pesantren, Pesantren adalah lembaga yang berbasis masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi masyarakat Islam, dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt., menyemaikan akhlak mulia serta memegang teguh ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin yang tercermin dari sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai luhur bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam, keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara historis, pesantren merupakan lembaga pendidikan indigenous Indonesia. Pesantren memiliki akar sosio-historis yang cukup kuat di masyarakat sehingga membuatnya mampu menduduki posisi yang relatif sentral dalam dunia keilmuan masyarakat. Pesantren juga mampu bertahan di tengah berbagai gelombang perubahan. Dalam hal ini, pesantren memiliki kekuatan dan kemampuan strategis dalam menghasilkan manusia yang berkualitas, mendorong, dan mengarahkan umat Islam meningkatkan aspek ekonominya demi mencapai kebahagaiaan dunia dan akhirat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesantren didefinisikan sebagai asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya atau lebih dikenal dengan istilah pondok. Di dalam proses belajar dan mengajar di pesantren memiliki perbedaan dengan di sekolah atau kampus.
Dalam buku “Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren” yang ditulis oleh Abdur Rahman Saleh (1982) dan diterbitkan oleh Departemen Agama RI menjelaskan sistem pendidikan di pesantren identik dengan menggunakan metode sebagai berikut:
- non-klasikal, yaitu seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar, sedangkan para santri biasanya tinggal dalam pondok di pesantren tersebut;
- Weton, yaitu para santri berduyun-duyun pada waktu tertentu dan mereka tidak disediakan pondokan, tetapi tetap tinggal di rumah masing-masing atau di rumah-rumah penduduk sekitar pondok pesantren dan mereka lebih dikenal dengan sebutan santri kalong;
- Gabungan, yaitu menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal, tetapi juga menyelenggarakan pendidikan formal berbentuk madrasah hingga sekolah umum atau lebih dikenal dengan pondok modern.
Nurcholis Madjid dalam bukunya berjudul “Modernasisasi Pesantren” mengungkapkan bahwa pesantren sangat identik dengan kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Dalam ilmu tasawuf dijelaskan hubungan antara kiai dan santri tidak dapat terpisahkan karena adanya suhbah.
Menurut Imam Al-Ghazali, suhbah adalah relasi antara guru dan murid berlandaskan kesetiaan dan kuatnya hubungan sehingga proses pendidikan tersublimasi dan tersambung dengan baik. Untuk itu, pada tataran transfer ilmu (transfer knowledge), “Ngaji Online” mungkin dapat dilakukan, akan tetapi pada tataran nilai (value) tidak dapat menggantikan proses pembentukan mental dan karakter seorang santri.
Pembentukan mental dan karakter santri ini hanya bisa dilakukan ketika wajhan biwajhin (bertemu muka) antara santri dengan kiainya setiap hari. Dalam belajar, santri harus mendapatkan sentuhan, perhatian, kasih sayang, dan juga hukuman yang mendidik ketika melakukan kesalahan selama belajar. Ini yang disebut sebagai pendidikan akhlak dan akhlak berada di atas ilmu. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan:
وَالْأَدَبُ اسْتِعْمَالُ مَا يُحْمَدُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَعَبَّرَ بَعْضُهُمْ عَنْهُ بِأَنَّهُ الْأَخْذُ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ
“Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia.” (Fathul Bari, 10/400)
Hal wajib yang harus diterapkan dalam menuntut ilmu adalah adab. Yusuf bin Al Husain rahimahullah mengatakan “Dengan adab, engkau akan memahami ilmu” (Iqtidhaul Ilmi Al ‘Amal [31], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
Artinya, pesantren bukan hanya bertujuan untuk membuat santri menjadi pintar, tetapi pesantren menjadi kawah candradimuka dalam pendidikan akhlak untuk menjadikan santri menjadi orang yang benar. Hal tersebut tidak bisa dilakukan secara daring (online) karena adanya irtibath kiai-santri.
Artinya, “Ngaji Online” tidak bisa menggantikan posisi pesantren untuk pembentukan mental dan karakter para santri, tetapi bisa menjadi supporting system dalam metode dakwah pesantren untuk menyebarluaskan (transfer knowledge) ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin kepada masyarakat. Wallahu a’lam bish-shawab.
Baca Juga :
- Fakta Pesantren: Pondok Modern Darussalam Gontor
- ONE DAY ONE HADITS: Tujuh Wasiat Rasulullah Kepada Generasi Millenials
- Mutiara Tech: Membuat Robot Digital Pembuat E-Learning Emang bisa? Disini Tempatnya
Responses