KAJIAN TEOSOFI : Perjalanan pendakian seorang hamba
KAJIAN TEOSOFI : Perjalanan pendakian seorang hamba- Tulisan ini bersal dari kajian Teosofi oleh Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A tentang Perjalanan pendakian seorang hamba. kita tentu semakin merasakan betapa kecilnya kita, maka semakin besar Allah Swt di mata
hambaNya.
Pendakian dalam diri adalah sebuah istilah GO TO YOUR INNER SELF (masuk ke dalam diri sendiri, relung jiwa kita yang paling dalam) tidak ada ара-ара di luar diri kita sendiri, mencari Tuhan dengan akal akan sangat terbatas, tapi jika mencari Tuhan dengan kedalaman
batin, di situlah akan terasa; The deeper you go to your heart, the closer you are to the God.
Menurut Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A terdapat 7 tingkatan kedalaman batin seseorang dari yang paling luar ke dalam, membagi maqam kecerdasan spiritual seorang hamba menjadi beberapa tingkatan adalah sebagai berikut
1. Maqam Jiwa (al-nafs)
Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling luar, maqam/tingkatan terendah / maqam permukaan. Pada perjalanan seorang manusia, semakin ke permukaan maqam seseorang, maka semakin besar kebutuhan biologis, makan dan kebutuhan fisik lainnya.
2. Maqam akal (al-‘aql)
Tingkatan yang menunjukkan bahwa seseorang tidak lagi didikte oleh hawa nafsunya. Kebutuhan biologisnya diatur oleh akal. Hamba ini menggunakan akalnya sebagai kekuatan penyeimbang antara maqam jiwa dan maqam qalbu. Peranan akal mereka sudah mulai mereduksi selera dan nafsu, tapi belum mencapai tahap ihsan.
3. Maqam kalbu (al-qalb)
Ini adalah maqam jiwa, didominasi suasana kebatinan. Orang yang sudah mencapai maqam ihsan, yang dikatakan dalam sabda Rasul ketika ditanya oleh Jibril apakah itu ihsan? yaitu engkau menyembah Allah Swt seolah-olah engkau melihat-Nya.
4. Maqam ruh (ar Ruh)
Ruh ini perlu juga mendapat kepuasan / konsumsi, di sinilah dilakukan upaya-upaya untuk memperpanjang hidup, mencegah bala, dst. Ruh mampu mengidentifikasi kekuatan ghaib meskipun arahnya belum tertuju pasti. Di sini seorang hamba sudah sampai kepada maqam “ana”bukan lagi “ka-ana” maksudnya ia sudah melihat Allah, bukan lagi ‘seolah-olah’ menyaksikan Allah.
5. Maqam rahasia (al-sirr)
Di sini seorang hamba sudah sampai kepada Tingkatan fana’
6. Maqam tertutup (al-khafiy)
Di maqam qurbul nawafil ini demikian dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya sehingga ia diberikan kemampuan penglihatan Tuhan untuk melihat, pendengaran Tuhan untuk mendengar.
7. Maqam tersembunyi (al-akhfa)
Maqam Secret of the secret/sirr al asrar. Di maqam qurbul fara’idh ini seorang hamba lebih dekat lagi karena sudah menggunakan ‘ain Allah utk melihat, udzun Allah untuk mendengar. Penglihatan dan pendengaran kelompok qurbul nawafil ini bersifat being, sementara penglihatan dan pendengaran qurbul faraidh ini sudah bersifat existence. Qurbul nawafil ini masih longgar hubungannya dengan Tuhan karena masih ada perbedaan sunnah dan fardhu, sementara qurbul faraidh sudah tidak
ada
Dimensi Qalbu
QALBU memiiki beberapa dimensi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dzauq (DUNIA PUTIH):
Ruh, nurani, fitrah. Lokasinya sekitar leher keatas (kecerdasan spiritual).
2. Shudur / al Ardh / terrestrial
Nafsu, jiwa, hasrat. Lokasinya dari dada ke bawah. Menghadap ke arah ini membawa kita ke arah kesesatan.
QALBU manusia senantiasa berotasi, berputar, kadang menghadap ke atas (dzauq) dan kadang menghadap ke dunia bawah (shudur).
Sadarilah di mana maqam kita saat ini.
sumber : Paparan Pengajian Teosofi oleh Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A
Baca Juga :
Responses