Risalah Qusyairiyah: Duka Cita Dalam Tasawuf
Risalah Qusyairiyah: Duka Cita Dalam Tasawuf-Duka cita yang dimaksud adalah rasa sedih dan menyesal setelah terlepas dari lembah kelalaian (sedih dan menyesali segala kelalaiannya kepada Allah). duka cita ini disebabkan oleh kelalain pada diri sendiri, sebagai sendiri seenaknya kita forward pesan ke orang lain.
Bahaya jika kita terdapat fitnah maka kita akan mendapatkan hukum pidana, oleh sebab itu kita perlu berhati-hati. apalagi kalau salah kirim hal ini akan menjadi malapetaka bagi kita. Tapi tulisan ini akan membawa kita ada sisi duka cita yang memberikan dampak yang luar biasa kepada kita. kita dapat menegemen perilaku untuk optimis dimasa yang akan datang. Terkait duka cita, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Fatir ayat 34
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 34)
Ada suatu hal pelajaran yang dapat kita tarik dari seoarang yang menyesali kesalahan. Ada yang merasa bahwa ketika diberi hukuman karena kesalahan, seorang dikenalkan dengan ketenangan hati. ada keindahan tersendir bagi orang yang ada dipenjara, Air mata taubat jauh lebih banyak di sel penjara daripada di masjid kecuali jika ada muhasabah. Pensucian jiwa di penjara itu bagus. Dan penjara itu tidak selalu konotasinya negatif dan buruk. Dibalik kesedihan itu ada pintu langit yang terbuka. Rasulullah SAW bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ كَثِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُمَا سَمِعَا رَسُولَ
“Tidak ada penderitaan, kesengsaraan, sakit, kesedihan dan bahkan juga kekalutan yang menimpa seorang mukmin, melainkan dengan semua itu dihapuskan sebagian dosanya.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah)
Rasulullah SAW bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)
Kita dapat merasakann duka cita kita ketika ada cobaan itu dengan ihlash, Jadikanlah Musibah itu merupakan surat cinta Tuhan. Jangan takut bersedih hati. Dibalik kesedihan itu ada Tuhan yang menjemput kita.
Dukacita itu dalam pandangan tasawuf itu positif. Jalani hidup ini dengan senyum. Waspada kita dengan kenikmatan. Bisa jadi musibah itu surat cinta Tuhan yang terbaik.
Kajian Selengkapnya dapat dilihat di Channel Qolbu Quran, berikut ini:
Penutup
Demikian adalah tulisan singkat tentang Risalah Qusyairiyah: Duka Cita Dalam Tasawuf, jika ada yang bertanya tentang artikel ini silahkan tinggalkan dikolom komentar berikut ya sobat. Semoga bermanfaat, jangan lupa share dan ikuti ngaji di Asyafina Academy
Baca juga:
- Risalah Qusyairiyah: Lima Kepribadian Rasulullah SAW
- Cara menghilangkan Stress menurut Kitab Alhikam
- Bagaimana Tata Cara sholat Qashar? Kunci ringkas Sholat Qashar
- Publikasi Ilmiah tentang Keislaman
Responses