Dibalik Lahirnya Ekonomi Islam

[E-Book] Ushul Fikih Milenial: Belajar Agama dari Akarnya di Era Digital

[E-Book] Ushul Fikih Milenial: Belajar Agama dari Akarnya di Era Digital

IDR 25,000

Informasi Lengkap

Dibalik Lahirnya  Ekonomi Islam

by Nurfala Safitri(nurfalasafitri@asyafina.com)

 

Merujuk dari sejarah, Menganalisis penyea utama krisis mata uang anyak orang menyimpulkan bahwa kelemahan fundamental ekonomi adalah penyebab utama munculnya krisis ekonomi.

Hal ini dikemukakan oleh Michael Camsupers (1997) Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) dalam pidato pengantarnya tentang program penyesuaian erorientasi pertumuhan (kurang lebih sebagai  berikut:

Perekonomian mengalami inflasi yang tidak terkendali defisit neraca pemayaran yang besar pematasan perdagangan menyeakan kesulitan ekonomi yang pada akhirnya akan menjerumuskan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi.

Merujuk dari sejarah krisis ekonomi pada tahun 1997 banyak ekonom menyimpulkan bahwa kerusakan fundamental ekonomi adalah penyebab utama munculnya krisis ekonomi.

Hal ini dikemukakan oleh Michael Camsupers (1997), Direktur Dana Moneter Internasional (IMF), dalam pidato pengantarnya tentang program penyesuaian berorientasi pertumbuhan (kurang lebih) sebagai berikut:

Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi.”

Dibalik Lahirnya Ekonomi Islam
Sumber: unsplash.com

Hal ini menandakan adanya deficit balance of payment dan beban hutang luar negeri yang semakin meningkat, disisi lain adanya ketidakefisienan investasi yang menyebabkan ekonomi semakin krisis.

Fokus ke beban hutang luar negeri yang semakin meningkat tentunya disbabkan dari pemberlakuan bunga dengan kata lain adalah riba.

Riba yang menempatkan uang sebagai komoditas secara tidak langsung menggeser sektor riil dan hanya focus terhadap penambahan jumlah uang.

Baca juga:  http://jurnal.asyafina.com/index.php/pesantren

bukan cara mendapatkannya dengan kata lain sistem ini hanya terfokus pada virtual transaction sehingga hal ini menimbulkan ketimbangan dan membuat ketidakefisien investasi terutama disektor riil.

Hal ini bertolak belakang dengan cara nabi Muhammad saw dalam menjaga kestabilan ekonomi melalui sektor ril yaitu perdagangan.
Bukti nyata lainnya di Indonesia, Ketika semua perbankan konvensional mengalami collaps, namun bank syariah tetap stabil.

Hal ini dikarenakan bank syariah tidak mengenal riba dan mengedepkan skema bagi hasil. Sehingga pada tahun 1997 terjadi krisis, bank syariah tidak harus menyiapkan dana cadangan untuk menutupi kredit macet sebagai akibat dari kondisi bisnis tidak menguntungkan serta naiknya rasio kredit bermasalah.

Dengan kondisi tersebut, keuntungan yang diberikan kepada nasabah yang menyimpan dananya di bank syariah juga berkurang. Akibatnya, perbankan menjadi lebih tahan terhadap krisis karena potensi risiko tidak ditanggung sendiri.

Baca juga: https://asyafina.com/independensi-bi-dan-kesejahteraan-dua-mata-uang-yang-harus-ditegakkan/

Related Articles

Responses

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Click here to login or register